Igniter dan Sinyal-Sinyal Pada Sistem Pengapian ESA

Sistem pengapian ESA (Electronic Spark Advance) atau sistem pengapian terkontrol komputer yaitu sistem pengapian yang telah menggunakan EFI.  Salah satu komponen pada sistem pengapian ESA adalah igniter. Igniter adalah komponen yang mendapatkan perintah langsung dari komputer (ECU) melalui sinyal IGT untuk melakukan pengapian. Nah artikel ini masih berhubungan dengan artikel sebelumnya tentang cara kerja dan komponen sistem pengapian terkontrol komputer. Pada artikel ini akan dibahas apa itu igniter dan sinyal-sinyal pada sistem pengapian ESA.


Fungsi Igniter Pada Pengapian ESA

Fungsi utama dari igniter adalah untuk memutus dan menghubungkan arus primer koil berdasarkan sinyal IGT. Tapi ada beberapa fungsi lain dari igniter yaitu:
  • Igniter sebagai pembangkit sinyal konfirmasi pengapian (sinyal IGF)
  • Igniter sebagai dwell angle sensor yang berfungsi untuk mengontrol lamanya transistor ON atau lamanya arus primer mengalir
  • Igniter sebagai lock prevention circuit yaitu suatu rangkaian yang berfungsi untuk mematikan transistor jika arus terlalu lama mengalir ke kumparan primer koil.
  • Ignitor sebagai over voltage prevention circuit, yaitu rangkaian yang berfungsi untuk meng-Off-kan transistor apabila tegangan power supply nya terlalu tinggi
  • Igniter sebagai current limiting control yaitu rangkaian yang dapat menjamin arus primer yang konstan setiap saat baik ketika putaran rendah maupun ketika putaran tinggi sehingga tegangan sekundernya selalu tinggi
  • Igniter sebagai tachometer signal

Sinyal Ne dan Sinyal G Pada Sistem Pengapian ESA

Sinyal Ne dan sinyal G adala sinyal putaran poros engkol dan poros nok. walaupun ada perbedaan pada sistem pengapian, namun penggunaan sinyal Ne dan G tetap sama. Sinyal Ne menunjukkan tentang posisi poros engkol dan putaran mesin. Sedangkan sinyal G (biasa disebut juga sinyal VVT) menunjukkan identifikasi posisi tiap silinder. Dengan membandingkan antara sinyal G dan sinyal Ne maka ECU mampu mengidentifikasi silinder mana yang sedang melakukan langkah kompresi. Hal ini sangat diperlukan untuk menghitung sudut poros engkol atau saat pengapian. Pengaturan saat pengapian (maju atau mundur) dilakukan dengan mengatur sinyal IGT terlebih dahulu oleh ECU.


Sinyal IGT pada Sistem Pengapian ESA


Sinyal IGT adalah sinyal untuk mengaktifkan igniter sehingga koil bisa bekerja dan menghasilkan tegangan tinggi. Oleh karena itu untuk memajukan dan memundurkan saat pengapian dilakukan dengan cara mempercepat atau memperlambat sinyal IGT ke igniter. Dengan berubahnya waktu pemberian sinyal IGT, maka tegangan tinggi koil untuk menghasilkan percikan api juga dapat di maju atau mundurkan. ECU akan menghitung dan menetapkan sinyal IGT berdasarkan pada mode dan kondisi kerja mesin. Pemberian sinyal IGT berdasarkan pada sinyal sensor posisi poros engkol, sinyal sensor posisi poros nok, beban mesin, sensor knock, temperatur mesin, dan lain-lain. Secara umum, pengontrolan saat pengapian terbagi menjadi dua, yaitu pengontrolan pengapian ketika mesin di starter, dan kontrol pengaian setelah mesin distarter.




Kontrol pengapian ketika start adalah saat pengapian yang distel pada waktu yang tetap tanpa memperhatikan kondisi kerja mesin yakni pada 5-10 derajat sebelum TMA. Kontrol pengapian setelah mesin distart meliputi: kontrol pengapian saat mesin di start, sudut pemajuan pengapian dasar, kontrol pemajuan pengapian korektif. Demikianlah artikel tentang igniter dan sinyal-sinyal pada sistem pengapian ESA.